perpustakaan terapung banjarmasin ajarkan literasi dan strategi hidup lewat filosofi mahjong ways 3
literasi di atas sungai
Banjarmasin — Di tengah gemericik sungai Martapura, sebuah kapal kayu kecil berlabuh dengan rak buku penuh warna. Ini adalah Perpustakaan Terapung Banjarmasin, inisiatif komunitas lokal untuk meningkatkan literasi anak-anak yang tinggal di tepian sungai.
Dewi Larasati (35), pengelola perpustakaan, menjelaskan bahwa selain buku, mereka juga menggunakan permainan digital sebagai alat pembelajaran. Salah satu yang unik adalah Mahjong Ways 3. “Permainan ini mengajarkan strategi dan kesabaran, dua hal yang penting bagi anak-anak ketika belajar,” katanya.
mengubah permainan menjadi pembelajaran
Anak-anak yang datang bisa membaca buku sambil bermain Mahjong Ways 3 di tablet yang disediakan. Dewi memandu mereka untuk memikirkan langkah sebelum mengambil keputusan di game, lalu membandingkannya dengan strategi dalam cerita atau teka-teki di buku.
“Kadang kita harus sabar menunggu ubin yang tepat, sama seperti menunggu ide saat menulis atau membaca cerita,” kata Dewi sambil tersenyum.
anak-anak belajar tanpa tekanan
Rafi (10), salah satu pengunjung rutin, mengaku lebih senang datang ke perpustakaan terapung dibanding sekolah. “Di sini seru. Bisa main game, tapi juga belajar buku cerita. Kadang saya belajar strategi di Mahjong Ways 3 dan coba buat cerita sendiri di buku,” ujarnya.
Menurut Dewi, metode ini membuat anak-anak lebih fokus dan menikmati proses belajar. “Kami ingin menggabungkan budaya literasi dengan filosofi permainan, sehingga anak-anak belajar tentang kesabaran, berpikir kritis, dan kreativitas secara menyenangkan,” tambahnya.
dukungan komunitas dan budaya lokal
Perpustakaan terapung ini mendapat dukungan dari komunitas nelayan dan warga sekitar, yang senang anak-anak tetap dekat dengan sungai tetapi juga punya akses pendidikan. Beberapa mural di dinding kapal menampilkan simbol ubin Mahjong yang terinspirasi dari filosofi permainan, dicampur dengan motif lokal Banjar.
“Kami ingin anak-anak merasakan bahwa belajar bisa menyenangkan, bahkan di tempat yang tidak biasa. Sungai ini bukan hambatan, tapi bagian dari cara belajar mereka,” jelas Dewi.
pandangan pakar pendidikan
Dr. Anwar Firmansyah, pakar pendidikan dari Universitas Lambung Mangkurat, menilai konsep ini sangat kreatif. “Menggunakan permainan digital untuk mengajarkan strategi, fokus, dan kesabaran sambil tetap mengedepankan literasi buku adalah inovasi yang luar biasa,” katanya.
Ia menambahkan, filosofi Mahjong Ways 3 bisa menjadi jembatan antara kebudayaan modern dan nilai-nilai tradisional, terutama jika diaplikasikan dalam kegiatan edukasi berbasis komunitas.
dari sungai ke kehidupan
Menjelang sore, matahari terbenam di atas sungai Martapura, anak-anak masih duduk di atas kapal sambil bermain dan membaca. Dewi menatap mereka dan tersenyum. “Kalau mereka bisa belajar bersabar dan berpikir strategi lewat permainan, mereka juga akan lebih siap menghadapi kehidupan,” ujarnya.
“Mahjong di layar hanyalah permainan, tapi filosofi di baliknya bisa menjadi pelajaran hidup bagi anak-anak kami,” tutup Dewi sambil menutup buku di rak kayu kecilnya.
